Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Warmadewa menyelenggarakan Seminar Regional dengan tema “Partisipasi Generasi Millenial Dalam Pemilihan Gubernur Bali 2018” pada Rabu, 11 April 2018 bertempat di Ruang Auditorium Widya Sabha Uttama Unwar.
Acara dihadiri oleh Sekretaris Yayasan Kesejahteraan Korpri Propinsi Bali, Dekan dan para Wakil Dekan FISIP, para Ketua dan Sekretaris Jurusan di lingkungan FISIP, Ketua Laboratorium FISIP, Ketua UPM FISIP, para Pejabat Struktural dan Dosen di lingkungan FISIP, Presiden BEM dan Ketua DPM Unwar, Ketua BEM dan DPM FISIP, serta perwakilan Unitas di lingkungan Unwar.
Narasumber I : Dewa Kade Warsa Raka Sandi, ST., SH., M.Si (Ketua KPU Provinsi Bali).
Narasumber II : Drs. I Nyoman Wiratmaja, M.Si. (Pengamat Politik sekaligus Dosen FISIP).
Narasumber III : A.A. Mia Intentilia, S.IP (Duta ASEAN Provinsi Bali).
Moderator : Putu Eka Mahardika, S.IP.
Ketua Panitia Ruth Pasca Vania Kahanjak Mahar dalam laporannya mengatakan tujuan dari kegiatan ini adalah yang pertama yaitu, Mengubah pandangan generasi millenial yang apatis terhadap kegiatan politik terutama terkait partisipasinya pada penyelenggara Pemilu. Kedua, Menumbuh kembangkan wacana keilmuan generasi millenial mengenai politik serta mengetahui potensi suaranya. Dan yg ketiga adalah Menanamkan serta merealisasikan peran mahasiswa sebagai Agent of Change (Agen Perubahan), Iron Stock (Tulang Punggung Bangsa dan Negara), dan Social Control (Kontrol Sosial terhadap isu dan permasalahan yang ada baik dalam masyarakat maupun pemerintah). “Dari pelaksanaan kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan karakter generasi muda di era millenial yg lebih peka dengan lingkungan sekitar di bidang agar nantinya dapat berkontribusi dengan baik di lingkungan kampus maupun masyarakat”, imbuhnya.
Dekan FISIP Unwar Drs. I Wayan Mirta, M.Si. dalam sambutannya mengatakan Generasi millenial adalah mereka dan berkembang di era digital dan teknologi mutakhir, yaitu angkatan kelahiran tahun 1980-2000an. Dapat dikatakan bahwa generasi millenial adalah generasi muda yg berusia pada kisaran 17-37 tahun. Pola pikir mereka begitu cepat, sebanyak cepatnya arus informasi yg bergulir setiap harinya. Anak-anak muda, sejak dulu hingga sekarang selalu digadang-gadang sebagai garda terdepan revolusi bangsa dan memiliki identitas penting dalam proses perubahan. Kemajuan sebuah bangsa akan bergantung pada pemuda-pemudanya. Hal tersebut berkaitan dengan partisipasi mereka dalam mendukung jalannya pilar demokrasi di negara demokrasi seperti Indonesia ini. Salah satu bentuknya adalah pilkada. Keapatisan anak muda dalam pelaksanaan pilkada, akan membawa dampak yg signifikan bagi masyarakat luas. Bali memiliki kontur politik yg mengakar kuat akan budaya an kekerabatan yg erat. Kenyataannya pengguna internet di Bali selatan yg notabenenya merupakan pusat kota, pariwisata dan pendidikan tinggi. Memang terlihat perkembangan internet terjadi kesenjangan di daerah urban (perkotaan) dan rural (pedesaan).
Fakta lainnya adalah mayoritas pemilih tradisional di Bali berlandaskan “menyama braya” dan mau tidak mau ikut menjadi faktor dalam penyampaian informasi di media sosial. Generasi millenial di Bali hampir dibilang sudah melek teknologi serta kritis terhadap isu-isu aktual dan mulai keluar dari budaya politik “koh ngomong”. Dilihat dari hal tersebut semestinya pada pemilu kepala daerah Bali bisa dijadikan ajang untuk kepandaian tim sukses dalam mengemas dan mengkomunikasikan para kandidat melalui media sosial. Teebukanya keran informasi daei masing-masing calon, semestinya memberikan ruang bagi para pengguna media sosial untuk mampu memilah dan memilih yg tepat. Jika sukses perjalanan pilkada di Bali di tahun 2018 maka dampaknya tidak hanya dirasakan di Bali saja, Indonesia dan di duniapun terkena imbasnya. ” Saya selaku pimpinan fakultas mengharapkan melalui acara seminar ini agar anak muda akan selalu akrab dengan ide dan pikiran-pikiran yg idealistis dan visioner. Ditambah lagi, anak muda diberikan akses untuk bisa mengecek fakta dan juga ribuan informasi mengenai calon pemimpin yg akan dipilih. Melalui diskusi terbuka yg netral, para pemilih pemula atau anak-anak muda generasi millenial ini dapat melihat dan memilih dengan bijak mana calon pemimpin yg dapat mendengar dan menerima kritikan serta masukan dari warga negara, termasuk anak-anak muda”, jelasnya